Korea adalah kota impianku
Korea yang menderita atas kebiadapan
Jepang
Merdeka bukan berarti sekedar terlepas
dari penindasan fisik
Namun juga terhapus dari kebiadapan
mental dan ideologi
Korea adalah Negara kebanggaan
Yang mempunyai budaya dan tradisi yang
unik
Hanbok yang merupakan pakaian
tradisional Korea Selatan
Yang memiliki warna yang cerah
Dengan garis yang sederhana
Dan tanpa memiliki saku..
----------------------------
Geografis
Kota Korea Selatan memiliki wilayah seluas 99.274 km², lebih kecil dibanding Korea Utara.
Keadaan topografinya sebagian besar bergunung-gunung dan tidak rata. Pegunungan
di wilayah timur umumnya menjadi hulu sungai-sungai besar, seperti sungai Han
dan sungai Naktong. Sementara wilayah barat merupakan bagian rendah yang
terdiri dari daratan pantai yang berlumpur. Di wilayah barat dan selatan yang
terdapat banyak teluk terdapat banyak pelabuhan yang baik seperti Incheon,
Yeosu, Gimhae, dan Busan.
Iklim
Iklim Korea selatan dipengaruhi oleh iklim dari
daratan Asia dan memiliki 4 musim. Musim panas di Korea selatan yang dimulai
bulan Juni bisa mencapai temperatur 40 derajat celcius (di kota Daegu), yang
ditandai dengan datangnya musim hujan yang jatuh pada akhir bulan Juli sampai
Agustus di seluruh bagian semenanjung. Sementara temperatur musim dinginnya
rata-rata dapat jatuh pada suhu sejauh minus 10 derajat celcius di beberapa
propinsi. Korea Selatan juga rentan akan serangan angin taifun yang menerjang
selama bulan musim panas dan musim gugur. Beberapa tahun belakangan ini Korea
selatan juga sering dilanda badai pasir kuning yang dibawa dari gurun gobi di
Cina yang juga melanda Jepang dan sejauh Amerika Serikat.
Pakaian Adat/Tradisional
Hanbok adalah pakaian tradisional Korea Selatan.
Hanbok pada saat ini mengacu pada “pakaian gaya Dinasti Joseon” yang biasa
dipakai secara formal atau semi-formal dalam perayaan atau festival tradisional.
Beberapa elemen dasar hanbok pada saat ini seperti jeogori atau baju, baji
(celana) dan chima (rok) diduga telah dipakai sejak waktu yang lama, namun pada
zaman Tiga Kerajaanlah pakaian sejenis ini mulai berkembang. Lukisan pada situs
makam Goguryeo menunjukkan gambar laki-laki dan wanita pada saat itu memakai
celana panjang yang ketat dan baju yang berukuran sepinggang. Struktur tersebut
sepertinya tidak banyak berubah sampai saat ini.
Pada akhir masa Tiga Kerajaan, wanita dari kalangan
bangsawan mulai memakai rok berukuran panjang dan baju seukuran pinggang yang
diikat di pinggang dengan celana panjang yang tidak ketat, serta memakai jubah
seukuran pinggang dan diikatkan di pinggang.
Pada masa ini, pakaian berbahan sutra dari Tiongkok
(Dinasti Tang) diadopsi oleh anggota keluarga kerajaan dan pegawai kerajaan.
Ada yang disebut Gwanbok, pakaian tradisional untuk pegawai kerajaan pada masa
lalu.
Pada masa Dinasti Joseon, jeogori wanita secara
perlahan menjadi ketat dan diperpendek. Pada abad ke-16, jeogori agak
menggelembung dan panjangnya mencapai di bawah pinggang. Namun pada akhir abad
ke-19, Daewon-gun memperkenalkan Magoja, jaket bergaya Manchu yang sering
dipakai hingga saat ini.
Chima pada masa akhir Joseon dibuat panjang dan
jeogori menjadi pendek dan ketat. Heoritti atau heorimari yang terbuat dari
kain linen difungsikan sebagai korset karena begitu pendeknya jeogori. Kalangan
atas atau orang kaya memakai hanbok dari kain rami yang ditenun atau bahan kain
berkualitas tinggi, seperti bahan yang berwarna cerah pada musim panas dan
bahan kain sutra pada musim dingin. Mereka menggunakan warna yang bervariasi
dan terang. Rakyat biasa tidak dapat menggunakan bahan berkualitas bagus karena
tidak sanggup membelinya.
Umumnya dahulu kaum laki-laki dewasa mengenakan
durumagi (semacam jaket panjang) saat keluar rumah.
Pria dan wanita memelihara rambut mereka menjadi
panjang. Pada saat mereka menikah, mereka mengkonde rambutnya. Pria mengkonde
(mengikat) rambutnya sampai atas kepala, sedangkan wanita mengkonde sampai
batas di belakang kepala atau di atas leher belakang. Wanita berkedudukan
sosial tinggi seperti kisaeng, memakai aksesori wig yang disebut Gache. Gache
sempat dilarang di istana pada abad ke-18. Pada akhir abad ke-19, gache semakin
populer di antara kaum wanita dengan bentuk yang semakin besar dan berat.
Jokduri, jenis gache yang lebih kecil.
Tusuk konde binyeo, ditusukkan melewati konde rambut
sebagai penguat atau aksesori. Bahan pembuatan binyeo bervariasi sesuai
kedudukan sosial pemakainya. Wanita juga mengenakan jokduri pada hari
pernikahan mereka dan memakai ayam untuk melindungi tubuh dari cuaca dingin. Pria
menggunakan gat, topi dari rambut kuda, yang juga bervariasi sesuai status atau
kelas.
Tahun Baru Korea
Tahun Baru Korea (Korea: seollal; hangul: atau Gujeong, hanja) adalah hari pertama dalam
kalender lunar (kalender Korea). Seollal adalah hari raya rakyat Korea yang
paling besar dan juga paling penting. Seollal terbagi dalam perayaan-perayaan
meriah. Hari libur seollal berlangsung selama 3 hari. Seollal dianggap rakyat
Korea lebih penting daripada hari tahun baru kalender Gregorian. Tahun baru Korea jatuh pada tanggal yang sama
dengan tahun baru Imlek, kecuali ketika bulan baru muncul antara jam 15:00 UTC
(tengah malam waktu Korea) dan 16:00 UTC (tengah malam waktu Tiongkok). Dalam
kasus ini (rata-rata terjadi 24 tahun sekali), bulan baru akan muncul “keesokan
harinya” di Korea.
Seollal adalah tahun baru untuk semua keluarga. Warga
Korea merayakannya dengan memakai Hanbok. Orang yang berada di kota besar
berduyun-duyun mudik (pulang kampung) untuk menemui orangtua atau saudara yang
tinggal di kota asal atau pedesaan. Pada saat ini biasanya jalan-jalan di kota
besar seperti Seoul akan macet total. Pada pagi harinya mereka akan pergi
sembahyang ke makam orangtua yang sudah meninggal untuk memberi hormat.
Di hari seollal juga banyak masyarakat Korea yang pergi berwisata ke daerah-daerah seperti ke Gangneung dan Donghae di propinsi Gangwon di pesisir timur untuk menyaksikan terbitnya matahari pertama di tahun baru. Orang Korea sangat hormat terhadap orang tua. Sebae adalah cara memberi hormat kepada orang tua atau kakek dan nenek pada hari tahun baru. Anak-anak mengunjungi orang tua mereka dan mengucapkan salam tahun baru sambil membungkukkan badan “saehae bok manhi badeuseyo” yang artinya semoga mendapat banyak keberuntungan tahun baru. Orangtua lalu memberi anak-anak mereka angpao. Dulu orang tua ada yang memberikan deok dan buah-buahan.
Ekonomi Korea
Sebagai salah satu dari empat Macan Asia Timur, Korea
Selatan telah mencapai rekor pertumbuhan yang memukau, membuat Korea Selatan
ekonomi terbesar ke-12 di seluruh dunia. Setelah berakhirnya PDII, PDB per
kapita kira-kira sama dengan negara miskin lainnya di Afrika dan Asia. Kemudian
Perang Korea membut kondisi semakin parah. Sekarang PDB per kapita kira-kira 20
kali lipat dari Korea Utara dan sama dengan ekonomi-ekonomi menengah di Uni
Eropa. Pada 2004, Korea Selatan bergabung dengan “klub” dunia ekonomi trilyun
dolar.
Kesuksesan ini dicapai pada akhir 1980-an dengan sebuah sistem ikatan bisnis-pemerintah yang dekat, termasuk kredit langsung, pembatasan impor, pensponsoran dari industri tertentu, dan usaha kuat dari tenaga kerja. Pemerintah mempromosikan impor bahan mentah dan teknologi demi barang konsumsi dan mendorong tabungan dan investasi dari konsumsi. Krisis Finansial Asia 1997 membuka kelemahan dari model pengembangan Korea Selatan, termasuk rasio utang/persamaan yang besar, pinjaman luar yang besar, dan sektor finansial yang tidak disiplin.
Pertumbuhan jatuh sekitar 6,6% pada 1998, kemudian pulih dengan cepat ke 10,8% pada 1999 dan 9,2% pada 2000. Pertumbuhan kembali jatuh ke 3,3% pada 2001 karena ekonomi dunia yang melambat, ekspor yang menurun, dan persepsi bahwa pembaharuan finansial dan perusahaan yang dibutuhkan tidak bertumbuh. Dipimpin oleh industri dan konstruksi, pertumbuhan pada 2002 sangat mengesankan di 5,8%. Korea Selatan yang dianggap tidak stabil pada 1960-an, saat ini telah beruabah menjadi negara industri utama dalam kurang dari 40 tahun. Pada tahun 2005, di samping merupakan pemimpin dalam akses internet kecepatan-tinggi, semikonduktor memori, monitor layar-datar dan telepon genggam, Korea Selatan berada dalam peringkat pertama dalam pembuatan kapal, ketiga dalam produksi ban, keempat dalam serat sintetis, kelima dalam otomotif dan keenam dalam baja. Negara ini juga dalam peringkat ke-12 dalam PDB nominal, tingkat pengangguran rendah, dan pendistribusian pendapatan yang relatif merata.
Kesuksesan ini dicapai pada akhir 1980-an dengan sebuah sistem ikatan bisnis-pemerintah yang dekat, termasuk kredit langsung, pembatasan impor, pensponsoran dari industri tertentu, dan usaha kuat dari tenaga kerja. Pemerintah mempromosikan impor bahan mentah dan teknologi demi barang konsumsi dan mendorong tabungan dan investasi dari konsumsi. Krisis Finansial Asia 1997 membuka kelemahan dari model pengembangan Korea Selatan, termasuk rasio utang/persamaan yang besar, pinjaman luar yang besar, dan sektor finansial yang tidak disiplin.
Pertumbuhan jatuh sekitar 6,6% pada 1998, kemudian pulih dengan cepat ke 10,8% pada 1999 dan 9,2% pada 2000. Pertumbuhan kembali jatuh ke 3,3% pada 2001 karena ekonomi dunia yang melambat, ekspor yang menurun, dan persepsi bahwa pembaharuan finansial dan perusahaan yang dibutuhkan tidak bertumbuh. Dipimpin oleh industri dan konstruksi, pertumbuhan pada 2002 sangat mengesankan di 5,8%. Korea Selatan yang dianggap tidak stabil pada 1960-an, saat ini telah beruabah menjadi negara industri utama dalam kurang dari 40 tahun. Pada tahun 2005, di samping merupakan pemimpin dalam akses internet kecepatan-tinggi, semikonduktor memori, monitor layar-datar dan telepon genggam, Korea Selatan berada dalam peringkat pertama dalam pembuatan kapal, ketiga dalam produksi ban, keempat dalam serat sintetis, kelima dalam otomotif dan keenam dalam baja. Negara ini juga dalam peringkat ke-12 dalam PDB nominal, tingkat pengangguran rendah, dan pendistribusian pendapatan yang relatif merata.
Peranan Konglemerat
Salah satu hal yang unik dalam ekonomi Korea Selatan
adalah peranan chaebol (konglomerat) yang mendominasi sejak lama dan kebanyakan
didirikan setelah Perang Korea. Pada 1995, di antara 30 atas chaebol, empat
grup teratas Hyundai, Samsung, Daewoo, dan LG. Pada 2003, hanya 4 dari 18
chaebol terbesar tetap berjalan. Namun, mereka tetap mendominasi aktivitas
ekonomi. Chaebol Korea Selatan sering dibandingkan dengan keiretsu Jepang.
Perbedaannya adalah chaebol Korea masih dipegang oleh keluarga pendiri, tidak
seperti keiretsu, yang dijalankan oleh manajer perusahaan profesional.
Perbedaan kedua adalah pemerintah mencegah chaebol memiliki bank pribadi,
sedangkan Keiretsu bekerja sama dengan bank tertentu, memberikan perusahaan
tersebut mencari kredit yang tidak terbatas.
Taksi di Korea
Di Korea ada tiga jenis taksi, yaitu taksi biasa,
taksi mewah, dan taksi tipe grup. Tarif awal taksi biasa adalah 1.900 won.
Sedangkan tarif awal taksi mewah adalah 4.500 won. Tarif taksi mewah itu lebih
mahal karena memakai mobil sedan mewah dan supir taksinya bersikap ramah tamah
terhadap penumpang. Biasanya ongkos taksi dibayar dengan uang tunai. Tetapi
taksi mewah dan sebagian taksi biasa dapat dibayar dengan kartu kredit. Taksi
biasa berwarna abu-abu, putih, dan perak tetapi taksi mewah hanya berwarna
hitam saja. Taksi tipe grup juga disebut taksi minivan dan cocok untuk dipakai
oleh 4 atau 5 orang penumpang dan membawa banyak barang.
Kamsahamnida…
Referensi : dari berbagai literatur
Rumoh Aceh (Jum’at, 7 Oktber 2011 / 09: 23)
By. Rose Dyana Manaf
No comments:
Post a Comment
Bagaimana menurut Sahabat?
Silahkan tinggalkan Komentar Tapi Jangan SARA Yach...!!! ^_^