Ingin segera menyelesaikan kuliah dan mencari pekerjaan adalah impian setiap orang. sebelum menyelesaikan kuliah, setiap mahasiswa diwajibkan membuat sebuah penelitian dalam bentuk skripsi. Banyak diantara teman-teman saya yang
mengatakan bahwa “membuat skripsi itu begitu sulit”, ada juga yang mengatakan “membuat
skripsi adalah hal yang sangat mudah”, soalnya kita hanya mencopas dari
sana-sini (ya maksudnya dari referensi buku-buku. hehee)
Dulu, saat saya sedang membuat skripsi,
perpustakaan sudah menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi setiap hari,
kecuali pada hari-hari libur. Perpustakaan yang dulunya hanya kudatangi ketika
ada tugas, baik individu maupun kelompok juga ketika meminjam buku yang tidak
serutin sekarang. Kini perpustakaan menjadi tempat yang harus diasyikkan, walaupun
kadang mata terlalu berantakan dengan tumpukan
buku-buku yang begitu tebal dan jumlahnya yang sangat banyak.
Perpustakaan menjadi salah satu
alternatif untuk mencari berbagai referensi di buku, karena uang jajanku yang
dikirim dalam sebulan tidak cukup untuk membeli buku-buku yang harganya mahal.
Diantara beberapa teman saya banyak yang
mengeluh ketika membuat skripsi. Ini disebabkan karena mereka berfikir
membuat skripsi itu adalah salah satu pekerjaan yang memberatkan, yang menguras
banyak pikiran juga tenaga. Jika ditelusuri, memang proses membuat skripsi
cukup menyulitkan. Pertama mahasiswa harus mengajukan judul atau permasalah
yang ingin diteliti terlebih dahulu kepada dosen wali atau dosen pembimbing.
Jika judul atau permasalahan tersebut diterima, selanjutnya adalah membuat
proposal judul yang akan diseminarkan dan di uji oleh beberapa orang dosen.
Tapi, jika judul atau permasalahan yang diajukan di tolak, misalnya dengan alasan
bahwa masalah tersebut sudah pernah di teliti oleh peneliti sebelumnya atau kakak
leting (kakak angkatan atas) atau judul yang ingin kita teliti tidak
terdapat masalah yang menarik diangkat untuk diteliti. Jika judul
tersebut di tolak maka dengan terpaksa mau tidak mau mahasiswa harus mencari
permasalahan baru untuk diajukan ke dosen pembimbingnya.
Proses inilah yang membuat banyak
mahasiswa mengeluh ketika membuat tugas akhir ini. Belum lagi, saat judul
diseminarkan, kita harus siap mempertanggung jawabkan atas apa yang sudah kita
rangkumkan dalam sebuah proposal. Jika saat pengajuan judul di awal kita
lulus, maka belum tentu setelah seminar kita lulus juga. Tergantung bagaimana
cara kita mempertahankan apa yang sudah kita tulis.
Nah, ketika saya menanyakan kepada
teman-teman, “apa sich yang membuat kalian merasa terbeban ketika membuat
skripsi?”
Berbagai macam alasanpun
akhirnya sedikit terkuak salah satu diantaranya mengatakan “dosen pembimbingnya
cerewet banget, cari referensinya susah banget, ada juga yang mengatakan bahwa
ketika hari ini di bimbing A dan disuruh rubah menjadi B, maka dua atau tiga
hari kemudian di suruh rubah kembali dari B menjadi A”, gila kan?? Terlihat
raut wajah yang kesal dari mereka.
“pokoknya pusing
dech, belum lagi ketika harus menghadapi dosen yang temperamental,
sedikit saja kita salah ngomong, langsung marah-marah. Dan imbasnya
adalah ketika biasanya skripsi di bimbing seminggu dua atau tiga kali, setelah
kejadian itu bisa sampai dua minggu sekali bimbingan, belum lagi ketika
menghadapi dosen yang super busy, yang sebentar-sebentar keluar kota,
dan padat dengan jadwal mengajar di kampus lain sebagai dosen terbang,
ah.. pokoknya ribet dan susah banget” terang mereka panjang lebar.
Lha.. kalau masalah dosen dibuat
orang lain pun akan sama toh? Terangku.
Mereka menggeleng tanda tidak setuju
dengan pendapat saya. “Jika orang lain yang buat maka tugas kita hanya
berhadapan dengan dosen langsung dan tidak dipusingkan dengan mencari referensidimana-mana".
Berbagai macam keluhan diutarakan
teman-teman saya tentang sulitnya membuat skripsi. Padahal menurutku
kesulitan itu karena mereka belum mengerjakannya. Mereka terlebih dahulu
memelihara momok di otak yang selalu membisikkan kata "membuat skripsi itu
sulit." Atau mungkin juga karena virus “malas” sudah tersebar di tubuh mereka?
Berkali-kali saya mencoba memberi motivasi kepada mereka,
“ayolah kawan, jangan berfikir sesuatu hal yang dapat menumbuhkan paradigma
bahwa membuat skripsi itu sulit sebelum kalian mengerjakannya, karena jika
demikian maka sesuatu hal yang mudah sekalipun akan menjadi sulit untuk
dikerjakan.”
Ada diantara mereka bahkan meminta
bantuan saya untuk membuat skripsinya. Pertama saya ragu menerima tawaran itu,
karena menurut saya itu menyangkut persoalan etika intelektual. Tapi mungkin
juga ini adalah salah satu cara Tuhan membagi rejeki. Masalah etika pendidikan
saat ini aku kesampingkan. Kalau semua orang berfikiran sama denganku, maka
para pembuat skripsi pasti akan kehilangan sumber mata pencahariannya. Dalam
hal ini saya menganut sistem simbiosis mutualisme (saling
menguntungkan).
Setelah saya menyelesaikan skripsi
sendiri, baru kemudian saya fokus untuk membuat skripsi teman-teman. Tiga
skripsi sekaligus. Bayaran yang mereka tawarkan juga sangat membantu
pengeluaran bulananku, sampai saya tidak lagi meminta dikirimkan uang bulanan dari orang tua. Semenjak tawaran itu saya terima, hari-hariku selalu
berkutat dengan buku-buku baik diperpustakaan maupun referensi lain di internet
dan berbagai dokumen penunjang lainnya. Dalam waktu empat bulan, tiga skripsi
tersebut berhasil kuselesaikan.
Setelah menyelesaikan tugas tersebut,
kini kembali saya mengingatkan kepada teman-teman sekaligus membuktikan kepada
mereka bahwa membuat skripsi tidak sesulit yang mereka lukiskan dalam ingatan
selama ini. Karena sesuatu akan menjadi sulit apabila kalian melukiskan sesuatu
itu dengan lukisan yang menakutkan kalian sendiri.
“oke
guys.. semoga kalian cepat selesai mengerjakan tugas akhir yaa. Aamiin
Salam !
Rumoh Aceh, (Selasa, 24012012 / 20:50)
By. Rose Dyana Manaf