Tuesday, June 21, 2011

Anak Tidak Butuh Perlakuan Kasar!

Blue Ribbon for Kids
             Tepat pada pagi selasa sekitar pukul 08.35 WIB, terjadi suatu peristiwa di depan mata saya yang seharusnya peristiwa tersebut tidak terjadi lagi di zaman modern seperti ini . Peristiwa tersebut adalah kekerasan yang dilakukan oleh seorang Ibu terhadap anaknya. Sungguh suatu hal yang sangat tragis dan ironi, seorang ibu memukuli anaknya dengan menggunakan kayu, padahal anak tersebut masih sangat kecil, kira-kira umurnya sekitar 4 atau 5 tahun,  entah apa sebabnya saya sendiri tidak tahu.
Astaghfirullah.
 
Tajul 'Alam Syafiatuddin Syah, menurut visi Sayed Dahlan Al-Habsyie



Sungguh suatu hal yang yang dapat merusak mental dan perilaku anak-anak telah dilakukan oleh ibu tersebut. Kejadian  di atas mengingatkan saya pada saat mengikuti sebuah seminar yang membahas tentang perempuan Aceh yang disampaikan oleh Syarifah Rahmah,  (Dosen STAIN Malikussaleh) seorang pemateri yang kebetulan juga dosen saya dalam seminar “Menggali Potensi dan Semangat Perempuan Aceh Masa Depan”, lewat materinya berjudul “Mewujudkan Perempuan Aceh yang Berkualitas dan Bermartabat” (09 April 2011, di Lhokseumawe) menjelaskan bahwa perempuan Aceh pada saat dulu dikenal “heroik”, penuh semangat, pantang menyerah dan berdedikasi tinggi. Perempuan Aceh bukan makhluk yang lemah, mereka pemberani. Dalam darah mereka telah tumbuh ruh keperkasaan Ta’jul Alam Safiatuddin Syah. Tajul’ Alam adalah putri Sultan Iskandar Muda yang menikah dengan Sultan Iskandar Tsani.

Cut Nja' Dhien
Sri Ratu Tajul ‘Alam Syafiatuddin Syah adalah Ratu pertama dalam sejarah Kerajaan Aceh Darussalam, beliau dikenal dengan Seri Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah, dinobatkan sebagai Sultanah setelah tiga hari masa berkabung atas mangkat suaminya Iskandar Tsani.
Dari penjelasan di atas marilah kita renungkan kembali betapa perkasa perempuan Aceh masa lalu sebagaimana telah hadir setidaknya sejak Sultanah Tajul ‘Alam, mari kita kembangkan ruh tersebut sebagai potensi. Perempuan tidak hanya bertugas di dapur, sumur, dan kasur. Tetapi juga bisa mengembangkan dirinya menjadi lebih baik lagi, minimal bisa mendidik anak-anaknya menjadi seorang pahlawan.

Perempuan Aceh mungkin tidak semuanya harus seperkasa Tajul ‘Alam, namun dengan menjadi ibu yang dapat berperan aktif terhadap anak-anaknya, dan membentuk mereka menjadi pribadi-pribadi yang layak disebut “pahlawan” adalah sebuah peran yang sangat mulia. Karena pendidikan yang pertama sekali diperoleh adalah dari orang tua khususnya ibu. Seperti kata pepatah “Ibu adalah pustaka ilmu”. Jadi dari kata pepatah tersebut dapat kita ketahui bahwa apapun yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya adalah bekal ilmu  yang ditanamkan kepada si anak. Si ibulah yang akan membentuk seseorang anak menjadi pahlawan atau pecundang, dengan, tentu saja, tidak mengecilkan peran Ayah. Bersama-sama, mereka adalah tonggak mental dan alas psikologi seorang anak.
Cut Meutia
Jika pendidikan dasar yang diberikan oleh ibu dalam bentuk kekerasan seperti kasus di atas bagaimana  caranya si anak dapat menjadi seorang pahlawan? Kekerasan, penganiayaan terhadap anak-anak dapat mempengaruhi mental, sikap, dan perilaku anak tersebut. Seharusnya seorang ibu tidak perlu memukuli anak-anaknya, karena dengan memukul si anak belajar tentang kekerasan dan penganiayaan. Dan si anak akan hidup dengan hal itu seumur hidupnya. jika si anak besar, dikhawatirkan akan menjadi manusia yang "Kill".
Seorang Ibu layaknya mampu menjadi guru dan juga teman untuk anak-anaknya. Buatlah si anak merasa seperti sedang belajar dengan gurunya, dan bermain dengan teman-temannya. Saya yakin akan banyak muncul generasi penerus bangsa yang luar biasa jika pendidikan dini di mulai dari pendidikan yang baik dan optimal dari orang tua.
Laksamana Malahayati
Kekuatan suatu bangsa terletak pada telapak tangan perempuan. Perempuan adalah tokoh sentral dalam berbagai sektor saat ini. Misalnya sebuah keluarga akan melahirkan generasi yang cerdas, berintelektual, mapan, dan kritis, tidak terlepas dari campur tangan perempuan yaitu Ibu. Mari kita refleksikan sosok Tajul ‘Alam dalam era modern ini agar menjadi lebih baik lagi.
Jadilah seorang Ibu yang dibanggakan oleh anak-anak. Anak tidak butuh perlakuan kasar! Mereka hanya perlu contoh yang baik. Maka lukislah jiwa kosong mereka dengan ketinggian pekerti, kehalusan bahasa, kesabaran, cinta, kasih sayang, dan kejujuran.
semoga Ibu selalu menjadi inspirasi bagi anak-anak !!


By: Rosdiana Manaf
(Senin/200611)
10.25 WIB



3 comments:

  1. Replies
    1. Anak adalah amanah, tidak sepatutnya kita menghukum, menganiaya, apalagi sampai membunuhnya.
      menjaga anak-anak dan membimbing mereka berarti kita telah sukses menjaga amanah dariNya.

      Delete

Bagaimana menurut Sahabat?
Silahkan tinggalkan Komentar Tapi Jangan SARA Yach...!!! ^_^