Blue Ribbon for Kids |
Sungguh suatu hal yang yang dapat merusak mental dan perilaku anak-anak telah dilakukan oleh ibu tersebut. Kejadian di atas mengingatkan saya pada saat mengikuti sebuah seminar yang membahas tentang perempuan Aceh yang disampaikan oleh Syarifah Rahmah, (Dosen STAIN Malikussaleh) seorang pemateri yang kebetulan juga dosen saya dalam seminar “Menggali Potensi dan Semangat Perempuan Aceh Masa Depan”, lewat materinya berjudul “Mewujudkan Perempuan Aceh yang Berkualitas dan Bermartabat” (09 April 2011, di Lhokseumawe) menjelaskan bahwa perempuan Aceh pada saat dulu dikenal “heroik”, penuh semangat, pantang menyerah dan berdedikasi tinggi. Perempuan Aceh bukan makhluk yang lemah, mereka pemberani. Dalam darah mereka telah tumbuh ruh keperkasaan Ta’jul Alam Safiatuddin Syah. Tajul’ Alam adalah putri Sultan Iskandar Muda yang menikah dengan Sultan Iskandar Tsani.
Cut Nja' Dhien |
Dari penjelasan di atas marilah kita renungkan kembali betapa perkasa perempuan Aceh masa lalu sebagaimana telah hadir setidaknya sejak Sultanah Tajul ‘Alam, mari kita kembangkan ruh tersebut sebagai potensi. Perempuan tidak hanya bertugas di dapur, sumur, dan kasur. Tetapi juga bisa mengembangkan dirinya menjadi lebih baik lagi, minimal bisa mendidik anak-anaknya menjadi seorang pahlawan.
Perempuan Aceh mungkin tidak semuanya harus seperkasa Tajul ‘Alam, namun dengan menjadi ibu yang dapat berperan aktif terhadap anak-anaknya, dan membentuk mereka menjadi pribadi-pribadi yang layak disebut “pahlawan” adalah sebuah peran yang sangat mulia. Karena pendidikan yang pertama sekali diperoleh adalah dari orang tua khususnya ibu. Seperti kata pepatah “Ibu adalah pustaka ilmu”. Jadi dari kata pepatah tersebut dapat kita ketahui bahwa apapun yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya adalah bekal ilmu yang ditanamkan kepada si anak. Si ibulah yang akan membentuk seseorang anak menjadi pahlawan atau pecundang, dengan, tentu saja, tidak mengecilkan peran Ayah. Bersama-sama, mereka adalah tonggak mental dan alas psikologi seorang anak.
Cut Meutia |
Seorang Ibu layaknya mampu menjadi guru dan juga teman untuk anak-anaknya. Buatlah si anak merasa seperti sedang belajar dengan gurunya, dan bermain dengan teman-temannya. Saya yakin akan banyak muncul generasi penerus bangsa yang luar biasa jika pendidikan dini di mulai dari pendidikan yang baik dan optimal dari orang tua.
Laksamana Malahayati |
Jadilah seorang Ibu yang dibanggakan oleh anak-anak. Anak tidak butuh perlakuan kasar! Mereka hanya perlu contoh yang baik. Maka lukislah jiwa kosong mereka dengan ketinggian pekerti, kehalusan bahasa, kesabaran, cinta, kasih sayang, dan kejujuran.
semoga Ibu selalu menjadi inspirasi bagi anak-anak !!
semoga Ibu selalu menjadi inspirasi bagi anak-anak !!
By: Rosdiana Manaf
(Senin/200611)
10.25 WIB
setuju ..
ReplyDeleteAnak adalah amanah, tidak sepatutnya kita menghukum, menganiaya, apalagi sampai membunuhnya.
Deletemenjaga anak-anak dan membimbing mereka berarti kita telah sukses menjaga amanah dariNya.
Ow,, begitu ya?
ReplyDelete