Monday, July 18, 2011

RELAWAN “BEULANGENG”

Judulnya kedengaran  aneh. Tapi itulah yang terjadi pada Rabu (130711) sekitar jam 18:32 menjelang waktu shalat magrib wilayah Meureudu. Saya dan semua sepupu juga masyarakat sekitar di sibukkan oleh sebuah “beulangeng” atau panci masak. Hari itu adalah hari senujoeh kenduri nenek dan hari itu adalah hari puncak tamu datang melayat ke tempat kenduri. Semua anggota keluarga termasuk masyarakat gampong sangat sibuk melayani setiap tamu yang datang. Hari hampir menjelang siang adalah puncak tamu datang dari berbagai kota, mulai dari Medan, Lhokseumawe, Bireun, Jeunib, Ulee Gle, Merdu Kota, Tringgadeng, Sigli, hingga Banda Aceh.
            Saat menjelang magrib, sekitar jam 18:23 saya dan sepupu membersihkan semua peralatan dapur, piring-piring, gelas, talam, dan lain sebagainya untuk di cuci. Pada saat mencuci “beulangeng” saya dan keluarga lainnya menyucinya di “Lueng” yaitu sebuah saluran kecil dari irigasi di kampungku. Anak-anak sekitar sering menyebutnya “sungai kecil”, karena bentuknya seperti sungai tetapi kecil. Kehebohan terjadi ketika sebuah “belangeng” jatuh dan hanyut di bawa arus air, semuanya panik, termasuk saya yang sampai jatuh ke air ketika mau mengambilnya. Air tidak begitu jernih sehingga pencarian “beulangeng” sempat tertunda. Pencarian “beulangeng” dilanjutkan ketika air dari saluran irigasi tersebut di tutup pengalirannya ke arah pemukiman kampung. Sehabis magrib pencarian “beulangeng” kembali dilakukan karena air di sungai kecil sudah kering. Kali ini hanya saya dan teman saja yang mencarinya. Dan ternyata “beulangeng” tersebut berhasil di temukan. “beulangeng”  ternyata tersangkut di ranting-ranting kayu pohon yang tersarang di “lueng” alias saluran kecil t yang tidak jauh dari tempat jatuhnya.

            Semua orang  panik mencari “beulangeng”, beulangeng pada hari itu seperti seorang anak manusia yang jatuh ke air dan para Tim SAR sibuk mencarinya. Kami pada hari itu juga seperti Tim SAR yang mencari sebuah “belangeng” di sungai kecil itu. Sungguh sangat asyik juga karena semua orang ikut mencari “belangeng” tersebut. Waah “belangeng” pada hari ini seperti sebuah piala emas raja pada masa pemerintahan Nabi Yusuf yang di curi oleh keluarganya. Sangat berharga sekali. Bukan masalah murahnya harga belangeng tersebut, tetapi karena “kebersamaan” , maka beulangeng harus tetap di temukan. he heeee....   ^_^

By: Rosdiana Manaf
13 Juli 2011
(Rabu – 18:32 WIB)

4 comments:

Bagaimana menurut Sahabat?
Silahkan tinggalkan Komentar Tapi Jangan SARA Yach...!!! ^_^